Assalamualaikum...

Para pengunjung yang dikasihi!
Blog ini menyajikan info-info tentang apa yang saya ajar, minat dan rasa nak kongsi. Kalau sama-sama minat dan rasa blog ini bermanfaat tu bagus la. Boleh kita link. Salam ukhuwwah!!!

Sunday, June 18, 2023

Inqilabiyyah: Prinsip Hukum Tauhid

Prinsip Hukum Tauhid

 

Dalam Islam, prinsip hukum tauhid merujuk pada keyakinan akan keesaan Allah dan pengakuan bahawa hanya Allah yang memiliki hak mutlak dalam menetapkan hukum-hukum dan perintah-perintah. Berikut adalah perincian prinsip hukum tauhid dalam Islam:

 

Wajib: Dalam konteks hukum tauhid, hukum wajib berkaitan dengan kewajiban manusia untuk mengakui dan mengikuti prinsip tauhid dalam kehidupan mereka. Setiap Muslim wajib beriman dan mengakui keesaan Allah, serta mengabdikan diri kepada-Nya dengan mematuhi perintah-Nya yang terkandung dalam Al-Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad. Ini termasuk melaksanakan kewajiban seperti solat, berpuasa, menunaikan zakat, dan melaksanakan haji bagi yang mampu.

 

Harus: Prinsip hukum tauhid juga menyiratkan bahwa tindakan atau perbuatan yang sesuai dengan tauhid adalah harus dilakukan oleh setiap Muslim. Hal ini melibatkan pelaksanaan tindakan yang mendekatkan diri kepada Allah dan mengikuti contoh Nabi Muhammad SAW. Misalnya, berbuat baik kepada sesama manusia, memberikan sedekah, beribadah dengan sungguh-sungguh, dan menaati perintah Allah serta larangan-Nya.

 

Mustahil: Dalam konteks hukum tauhid, mustahil merujuk pada apa yang mustahil atau tidak mungkin terjadi berdasarkan prinsip tauhid. Misalnya, mustahil bagi Allah untuk bersekutu dengan sesuatu atau seseorang, atau bagi Allah untuk bertindak dengan tidak adil atau tidak bijaksana. Prinsip ini menekankan bahwa kekuasaan dan atribut Allah adalah mutlak dan tak terbatas.

 

Prinsip hukum tauhid menekankan pentingnya kesedaran akan keesaan Allah dalam kehidupan sehari-hari dan pengakuan bahwa Allah adalah satu-satunya sumber sebenar dalam menetapkan hukum dan peraturan. Prinsip ini membentuk dasar keyakinan dan panduan bagi umat Muslim dalam menjalankan kehidupan mereka secara Islami.


Inqilabiyyah: Prinsip-Prinsip Hukum Syariah

Prinsip-Prinsip Hukum Syariah

Dalam Islam, terdapat konsep-konsep berbeza untuk mengklasifikasikan hukum-hukum dan tindakan dalam skala keabsahan dan keharusan. Berikut adalah penjelasan mengenai prinsip-prinsip hukum dalam Islam:

 

Wajib: Hukum wajib merujuk pada tindakan atau perbuatan yang diwajibkan atau diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya dalam Islam. Melakukan tindakan wajib adalah kewajiban bagi setiap Muslim, dan meninggalkannya dapat menimbulkan dosa. Contoh hukum wajib adalah solat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadan, dan menunaikan zakat.

 

Sunat: Hukum sunat merujuk pada tindakan atau perbuatan yang dianjurkan dalam Islam. Melakukan tindakan sunat adalah baik dan mendapatkan pahala, tetapi tidak melakukan tindakan sunat tidak akan menimbulkan dosa. Contoh hukum sunat adalah puasa sunat, shalat sunat rawatib, dan memberi sedekah secara sukarela.

 

Makruh: Hukum makruh merujuk pada tindakan atau perbuatan yang tidak dianjurkan dalam Islam. Melakukan tindakan makruh adalah diperbolehkan, tetapi meninggalkannya lebih baik untuk mendapatkan kebaikan. Meskipun tidak berdosa secara langsung, melakukan tindakan makruh dapat merosak kebaikan dan mendekatkan diri pada perbuatan yang haram. Contoh hukum makruh adalah makan sambil berdiri, berbicara dengan mulut penuh, dan tertawa yang berlebihan.

 

Haram: Hukum haram merujuk pada tindakan atau perbuatan yang dilarang dalam Islam. Melakukan tindakan haram adalah berdosa dan mendapatkan hukuman. Contoh hukum haram adalah menggunakan daging babi, berzina, minuman keras, riba (bunga), dan melakukan rompakan.

 

Syubhat: Hukum syubhat merujuk pada tindakan atau perbuatan yang mencurigakan atau ragu-ragu dari segi kehalalannya atau keharamannya. Tindakan syubhat adalah yang memiliki keraguan dalam menentukan status hukumnya. Dalam hal ini, lebih baik menghindari tindakan tersebut untuk menjaga kesucian dan keabsahan ibadah. Contoh hukum syubhat adalah makanan yang tidak jelas status kehalalannya atau bertransaksi dengan produk yang mencurigakan.

 

Sah: Sah merujuk pada keabsahan suatu perbuatan atau transaksi dalam Islam. Jika suatu perbuatan atau transaksi sah, itu berarti memenuhi syarat-syarat dan persyaratan yang ditetapkan dalam hukum Islam. Misalnya, sebuah pernikahan dianggap sah jika memenuhi semua ketentuan yang ditetapkan dalam syariat Islam.

 

Batal: Batal merujuk pada kegagalan atau pembatalan suatu perbuatan atau transaksi dalam Islam. Jika suatu perbuatan atau transaksi dinyatakan batal, itu berarti perbuatan tersebut tidak berlaku atau tidak dianggap sah menurut hukum Islam. Contoh batal dalam Islam adalah perceraian dengan kata-kata yang tidak sesuai dengan tata cara dan ketentuan yang ditetapkan dalam syariat Islam.

 

Penting untuk dicatat bahwa klasifikasi hukum-hukum ini didasarkan pada interpretasi dan analisis ulama Islam berdasarkan sumber-sumber utama seperti Al-Qur'an, Hadis, dan prinsip-prinsip ushul fiqh (ilmu dasar hukum Islam). Interpretasi dan pemahaman hukum Islam adalah bervariasi di antara aliran-aliran, mazhab-mazhab, dan pandangan individual dalam Islam.

Inqilabiyyah: Kedudukan Ijtihad di Dalam Islam

Kedudukan Ijtihad di Dalam Islam

Bagaimana kedudukan ijtihad di dalam Islam? Banyak umat Islam yang belum menyedari bahawa peranan ijtihad juga penting di dalam Islam. Kedudukan ijtihad dapat dikatakan sejajar dengan hukum Islam lainnya, iaitu Al-quran dan sunnah.

Sangat penting adanya bagi umat muslim untuk memahami kedudukan ijtihad sebagai tambahan pengetahuan tentang islam. Agar tidak ada kesalahfahaman dalam mendalami ijtihad tersebut.

Menurut buku Islamology: Ijtihad, Maulana Muhammad Ali, 2011, bukan hanya umatnya, para ulama pun harus melakukan ijtihad dalam mencari penyelesaian permasalahan yang dihadapi umat Islam. Berbagai perbezaan mazhab yang kita ketahui saat ini adalah hasil dari ijtihad. Kita tahu tidak ada yang salah dari mazhab-mazhab tersebut karena itu semua merupakan hasil terbaik dari para mujtahid untuk menemukan hukum terbaik.

Dengan adanya ijtihad, diharapkan Islam mampu menjadi agama yang luas, dinamik, fleksibel sesuai dengan perubahan zaman.

 

Kedudukan Ijtihad dalam Hukum Islam

Kata “Ijtihad” berasal dari bahasa Arab, iaitu “Ijtihada Yajtahidu Ijtihadan” yang ertinya mengerahkan segala kemampuan dalam menanggung beban. Dengan kata lain, Ijtihad dilaksanakan saat ada pekerjaan yang sukar untuk dilakukan.

Fungsi ijtihad sendiri di dalam Islam adalah:

Fungsi ijtihad al-ruju’ (kembali):mengembalikan ajaran-ajaran Islam kepada al-Qur’an dan sunnah dari segala interpretasi yang kurang relevan.

Fungsi ijtihad al-ihya (kehidupan): menghidupkan kembali bagian-bagian dari nilai dan Islam semangat agar mampu menjawab tantangan zaman.

Fungsi ijtihad al-inabah (pembenahan): memenuhi ajaran-ajaran Islam yang telah di-ijtihadi oleh ulama terdahulu dan dimungkinkan adanya kesalahan menurut konteks zaman dan kondisi yang dihadapi.

Contoh ijtihad

1. Tentang penentuan 1 Syawal.

Para ulama berkumpul untuk berdiskusi mengeluarkan argumen masing-masing untuk menentukan 1 Syawal, juga penentuan awal Ramadhan. Masing-masing dari mereka memiliki dasar hukum dan cara dalam penghitungannya, bila telah ketemu kesepakatan ditentukanlah 1 Syawal itu.

2. Tentang bayi tabung.

Pada zaman Rasulullah SAW bayi tabung belum ada. Akhir akhir ini bayi tabung dijadikan solusi oleh orang yang memiliki masalah dengan kesuburan jadi dengan cara ini berharap dapat memenuhi pemecahan masalah agar dapat memperoleh keturunan.

Pada dasarnya Ijtihad berguna untuk membantu manusia dalam menemukan solusi hukum atas suatu masalah yang belum ada dalilnya di dalam Alquran dan hadis. Sedangkan tujuan Ijtihad adalah untuk memenuhi kebutuhan umat Islam dalam beribadah kepada Allah pada waktu dan tempat tertentu.