Assalamualaikum...

Para pengunjung yang dikasihi!
Blog ini menyajikan info-info tentang apa yang saya ajar, minat dan rasa nak kongsi. Kalau sama-sama minat dan rasa blog ini bermanfaat tu bagus la. Boleh kita link. Salam ukhuwwah!!!

Showing posts with label al-murunah. Show all posts
Showing posts with label al-murunah. Show all posts

Sunday, December 10, 2023

Ciri-Ciri Khusus Agama Islam: Al-Thabat wa Al-Murunah

2. Ciri-ciri Khusus Agama Islam

Al-Thabat wa al-Murunah (Tetap dan Anjal)

 

Al-Thabat wal Murunah adalah dua konsep dalam Islam yang berkaitan dengan sikap dan perilaku seorang Muslim dalam menghadapi tentangan dan cubaan. Kedua konsep ini memiliki makna yang saling melengkapi dan mencerminkan karakter yang diharapkan dari seorang Muslim yang kuat dalam keyakinan dan keteguhan hati.

 

Al-Thabat (Tetap):

Al-Thabat secara harfiah bererti "tetap" atau "teguh". Dalam konteks agama Islam, al-Thabat merujuk pada keteguhan hati, kesetiaan, dan kestabilan dalam menjalankan ajaran agama tanpa terpengaruh oleh cubaan atau godaan. Seorang Muslim yang memiliki al-Thabat dianggap memiliki keteguhan dalam keyakinan dan tidak tergoyahkan dalam menghadapi tentangan dan ujian kehidupan.

Al-Thabat sangat penting dalam menjalankan ajaran agama secara konsisten dan menegakkan kebenaran. Dalam Al-Quran, Allah menyebutkan pentingnya al-Thabat dalam surah Hud ayat 112:

 

"Maka berpegang teguhlah kamu kepada wahyu yang diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya kamu berada di jalan yang lurus."

 

Berikut adalah beberapa contoh ayat Al-Quran yang sesuai sebagai dalil Islam yang bersifat thabat (tetap dan tidak berubah):

 

Surah Al-Hujurat (49:13):

"Ya manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, Maha Mengenal."

 

Ayat ini menegaskan prinsip persaudaraan universal di antara umat manusia. Ketetapan ini menunjukkan bahwa semua manusia sama di hadapan Allah dan pentingnya saling mengenal dan menghormati satu sama lain, tidak peduli dengan perbezaan suku, ras, atau budaya.

 

Surah Al-Baqarah (2:185):

 

"Dan siapa di antara kamu ada, maka hendaklah dia berpuasa pada bulan itu; dan siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkan itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur."

 

Ayat ini menegaskan ketetapan puasa Ramadan sebagai kewajiban bagi umat Muslim. Ayat ini menunjukkan kefleksibelan dalam pelaksanaan puasa, di mana seseorang yang sakit atau sedang dalam perjalanan diizinkan untuk tidak berpuasa dan menggantinya di waktu lain. Namun, puasa Ramadan sebagai kewajiban tetap berlaku dan tidak berubah.

 

Surah Al-Ma'idah (5:3):

 

"Hari ini Aku telah sempurnakan untuk kamu agamamu, dan Aku telah cukupkan nikmat-Ku kepada kamu, dan Aku telah ridai Islam itu menjadi agama bagimu."

 

Ayat ini menegaskan bahwa agama Islam adalah agama yang sempurna dan telah diberikan oleh Allah untuk umat manusia. Ketetapan ini menunjukkan bahwa ajaran-ajaran dalam Islam merupakan petunjuk yang tetap dan tidak berubah seiring waktu. Islam dianggap sebagai agama akhir zaman dan tidak memerlukan tambahan atau perubahan.

 

Surah Al-A'raf (7:157):

 

"Orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi, yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada pada mereka, dia menyuruh mereka berbuat ma'ruf dan melarang mereka dari yang mungkar, dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk, dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan bersamanya (Al-Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung."

 

Ayat ini menegaskan bahwa umat Muslim harus mengikuti Nabi Muhammad SAW dan petunjuk yang terdapat dalam Al-Quran. Ketetapan ini menunjukkan bahwa ajaran dan tuntunan dalam Islam adalah tetap dan menjadi panduan bagi umat Muslim dalam menjalani kehidupan mereka.

 

Ini hanyalah beberapa contoh ayat Al-Quran yang dapat dijadikan dalil Islam yang bersifat thabat. Terdapat banyak lagi ayat-ayat lain dalam Al-Quran yang memberikan ketetapan dan prinsip-prinsip yang tetap dan tidak berubah bagi umat Muslim.

 

 

Al-Murunah (Anjal):

 

Al-Murunah secara harfiah bererti "tegak" atau "tegas". Dalam konteks Islam, al-Murunah merujuk pada keberanian, ketegasan, dan kemampuan dalam membela kebenaran dan menentang ketidakadilan. Seorang Muslim yang memiliki al-Murunah dianggap memiliki sikap teguh dan tidak mundur dalam menghadapi penindasan atau kesalahan.

 

Al-Murunah bermaksud keupayaan untuk menangani keadaan yang sukar, menahan kejutan, menyesuaikan diri secara berterusan, dan bergerak dengan cukup pantas untuk mengatasi gangguan dan krisis yang muncul dengan peredaran masa.

 

Al-Murunah menekankan pentingnya keberanian dan integriti dalam menjunjung tinggi keadilan dan kebenaran, bahkan jika itu melibatkan pengorbanan atau menghadapi kesukaran. Dalam Al-Quran, Allah menyebutkan pentingnya al-Murunah dalam surah An-Nisa ayat 135:

 

 "Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) kerana Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, kerana adil itu lebih dekat kepada takwa."

 

Ayat- ayat Al-Quran berikut mencerminkan konsep al-Murunah dari keanjalan, ketahanan, dan penyesuaian diri yang relevan dengan situasi yang sukar atau perubahan:

 

Surah Al-Baqarah (2:286):

 

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya."

 

Ayat ini menekankan prinsip bahwa Allah tidak memberikan beban yang melebihi kemampuan seseorang. Hal ini mencerminkan konsep keupayaan untuk menangani situasi yang sukar dan menyesuaikan diri dengan keadaan yang diberikan oleh Allah.

 

Surah Al-Baqarah (2:153):

 

"Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat; sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."

 

Ayat ini menunjukkan pentingnya bersabar dan menghadapi cabaran dengan ketabahan. Kesabaran adalah sikap yang membantu seseorang menyesuaikan diri dengan perubahan dan keadaan yang sukar, sambil mengandalkan pertolongan Allah.

 

Surah Al-Anfal (8:46):

"Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berbantah-bantahan, maka kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu, dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."

 

Ayat ini menekankan pentingnya taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta menunjukkan pentingnya kesabaran dan ketahanan dalam menghadapi cubaan dan cabaran. Dengan bersabar, seseorang dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang sukar dan tetap teguh dalam keyakinannya.

 

Meskipun tidak ada istilah "al-Murunah" yang secara khusus di dalam Al-Quran, konsep keanjalan, ketahanan, dan penyesuaian diri dapat ditemukan dalam ayat-ayat yang mendorong umat Muslim untuk bersabar, mengutamakan Allah, dan menyesuaikan diri dengan keadaan yang diberikan.

 

Kombinasi al-Thabat dan al-Murunah menjadi karakter yang diharapkan dari seorang Muslim yang berkomitmen dalam menjalankan ajaran agama dan berperanananan aktif dalam memperjuangkan kebenaran. Mereka tetap teguh dalam keyakinan mereka dan tegak dalam membela kebenaran, tanpa takut menghadapi tentangan atau penindasan.

 

 

Rukun Iman dan Islam

Rukun Islam adalah lima rukun utama yang menjadi dasar keyakinan dan praktik dalam agama Islam. Rukun Islam terdiri dari Syahadah (kesaksian iman), Solat (Solat), Zakat (sumbangan zakat), Puasa (puasa Ramadan), dan Haji (ibadah haji). Mari kita lihat bagaimana rukun Islam terkait dengan konsep al-Thabat dan al-Murunah:

 

Syahadah (Kesaksian Iman):

Syahadah adalah rukun pertama dalam Islam yang mengharuskan seorang Muslim untuk menyatakan keyakinan akan keesaan Allah dan kenabian Muhammad saw. Syahadah menjadi keperluan bagi keberadaan seorang Muslim dan mengakui Allah sebagai sumber kehidupan dan petunjuk. Dalam al-Thabat, seorang Muslim meneguhkan keyakinannya terhadap Syahadah dengan memelihara kesucian tauhid dan menjauhi kesyirikan. Al-Murunah dalam Syahadah adalah keberanian dan ketegasan dalam menyatakan dan mempertahankan keyakinan tersebut, bahkan dalam menghadapi tentangan atau penentangan dari orang lain.

 

Solat

Solat adalah ibadah yang dilakukan oleh umat Muslim sebagai bentuk komunikasi dan penghambaan kepada Allah. Dalam al-Thabat, Solat menuntut keteguhan dalam menjalankan Solat secara teratur, tepat waktu, dan dengan khushu' (khusyuk). Seorang Muslim yang memiliki al-Thabat dalam Solat akan menjaga disiplin dalam menjalankan Solat, bahkan di tengah kesibukan atau cubaan. Al-Murunah dalam Solat adalah ketegasan dalam mempertahankan Solat meskipun dihadapkan pada situasi yang tidak menguntungkan atau tekanan untuk meninggalkannya.

 

Zakat (Sumbangan Zakat):

Zakat adalah kewajiban memberikan sumbangan kepada yang berhak menerimanya sebagai bentuk kepedulian sosial dan penyaluruan kekayaan dalam masyarakat Muslim. Dalam al-Thabat, seorang Muslim meneguhkan komitmen untuk membayar zakat dengan tulus dan konsisten, menjauhi keserakahan dan kecenderungan menahan harta. Al-Murunah dalam Zakat adalah ketegasan dalam memperjuangkan keadilan sosial, memberikan hak orang lain, dan tidak tergoda oleh keinginan untuk menahan atau menggelapkan harta yang seharusnya dikeluarkan sebagai zakat.

 

Puasa (Puasa Ramadan):

Puasa Ramadan adalah ibadah puasa yang dilakukan selama bulan Ramadan. Dalam al-Thabat, seorang Muslim meneguhkan keteguhan dalam menjalankan puasa dengan penuh kesedaran, sabar, dan menjaga diri dari hal-hal yang membatalkan puasa. Al-Murunah dalam Puasa adalah ketegasan dalam mempertahankan puasa meskipun menghadapi godaan atau situasi yang pelaksanaannya sukar. Seorang Muslim yang memiliki al-Murunah dalam Puasa akan memegang teguh ketaatan pada aturan-aturan puasa dan tidak mengabaikannya meskipun ada tekanan untuk melakukannya.

 

Haji (Ibadah Haji):

Haji adalah ibadah yang dilakukan dengan mengunjungi Mekah dan melaksanakan serangkaian ritual di sana. Dalam al-Thabat, seorang Muslim meneguhkan tekad untuk menjalankan ibadah haji dengan mematuhi semua rukun dan tata cara yang telah ditetapkan, serta menjaga kesucian dan kekhusyukan dalam melaksanakannya. Al-Murunah dalam Haji adalah ketegasan dalam menjunjung tinggi keadilan dan persamaan di hadapan Allah, serta menentang segala bentuk diskriminasi atau penyelewengan dalam pelaksanaan ibadah haji.

 

Melaksanakan rukun Islam dengan al-Thabat dan al-Murunah adalah tanda kekuatan iman seorang Muslim dan komitmen yang kokoh terhadap ajaran Allah dan Rasul-Nya.

 

 

Rukun Islam

 

Rukun Iman adalah enam prinsip dasar keyakinan dalam agama Islam. Rukun Iman terdiri dari Iman kepada Allah, Malaikat, Kitab-kitab Allah, Rasul-rasul Allah, Hari Kiamat, dan Takdir yang baik dan buruk. Berikut adalah penjelasan tentang konsep rukun Iman dari sudut pandang al-Thabat dan al-Murunah:

 

Iman kepada Allah:

Iman kepada Allah adalah prinsip dasar dalam Islam yang menyatakan keyakinan bahwa hanya ada satu Allah yang berhak disembah dan bahwa Dia adalah Pencipta, Pengatur, dan Pemelihara alam semesta. Al-Thabat dalam Iman kepada Allah adalah keteguhan hati dalam keyakinan bahwa Allah adalah satu-satunya Ilah yang benar, dan tidak ada keraguan atau keragu-raguan dalam kepercayaan ini. Al-Murunah dalam Iman kepada Allah adalah ketegasan dalam mempertahankan keyakinan tersebut, menghadapi godaan syirik atau penyelewengan dalam penghambaan kepada Allah.

 

Iman kepada Malaikat:

Iman kepada Malaikat adalah keyakinan bahwa Allah menciptakan makhluk-makhluk halus yang tidak terlihat oleh manusia dan bahwa Malaikat adalah utusan-Nya. Al-Thabat dalam Iman kepada Malaikat adalah keteguhan dalam mempercayai keberadaan dan peranan Malaikat dalam menjalankan tugas yang ditugaskan oleh Allah. Al-Murunah dalam Iman kepada Malaikat adalah ketegasan dalam mempertahankan keyakinan tersebut dan tidak tergoda untuk mengabaikan atau mengingkari keberadaan Malaikat.

 

Iman kepada Kitab-kitab Allah:

Iman kepada Kitab-kitab Allah adalah keyakinan bahwa Allah menurunkan wahyu-Nya kepada para NabiNya dalam bentuk Kitab-kitab suci, seperti Al-Quran. Al-Thabat dalam Iman kepada Kitab-kitab Allah adalah keteguhan dalam keyakinan bahwa Kitab-kitab tersebut adalah wahyu Allah yang benar dan tidak terpengaruh oleh keraguan atau pemikiran negatif terhadap keabsahan-Nya. Al-Murunah dalam Iman kepada Kitab-kitab Allah adalah ketegasan dalam mempertahankan keaslian dan kebenaran Kitab-kitab Allah meskipun menghadapi tentangan atau keraguan dari orang lain.

 

Iman kepada Rasul-rasul Allah:

Iman kepada Rasul-rasul Allah adalah keyakinan bahwa Allah mengutus Rasul-rasul-Nya untuk menyampaikan wahyu dan petunjuk-Nya kepada umat manusia. Al-Thabat dalam Iman kepada Rasul-rasul Allah adalah keteguhan dalam keyakinan bahwa Rasul-rasul itu benar-benar diutus oleh Allah dan bahwa mereka adalah pembawa risalah-Nya. Al-Murunah dalam Iman kepada Rasul-rasul Allah adalah ketegasan dalam mempertahankan kebenaran dan hak Rasul-rasul tersebut, serta menolak untuk mengikuti ajaran palsu atau penyelewengan yang bertentangan dengan risalah mereka.

 

Iman kepada Hari Kiamat:

Iman kepada Hari Kiamat adalah keyakinan bahwa akan ada kehidupan setelah mati, kebangkitan, dan pembalasan akhir bagi perbuatan manusia di dunia ini. Al-Thabat dalam Iman kepada Hari Kiamat adalah keteguhan dalam keyakinan bahwa akan ada kehidupan setelah mati dan pertanggungjawaban di hadapan Allah. Al-Murunah dalam Iman kepada Hari Kiamat adalah ketegasan dalam mempersiapkan diri untuk akhirat dan menjalani kehidupan yang bertanggung jawab, meskipun mungkin dihadapkan pada godaan atau keragu-raguan tentang kebenaran Hari Kiamat.

 

Iman kepada Takdir yang baik dan buruk:

Iman kepada Takdir yang baik dan buruk adalah keyakinan bahwa Allah mengetahui segala sesuatu yang akan terjadi di dunia ini dan bahwa segala sesuatu terjadi atas kehendak-Nya. Al-Thabat dalam Iman kepada Takdir adalah keteguhan dalam keyakinan bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah kehendak Allah dan menerima dengan tulus segala ketetapan-Nya. Al-Murunah dalam Iman kepada Takdir adalah ketegasan dalam menghadapi cubaan atau kesukaran hidup dengan penuh kesabaran dan menyerah kepada kehendak Allah, tanpa mengeluh atau meragukan keadilan-Nya.

 

Dalam kesimpulannya, al-Thabat dalam rukun Iman merangkumi keteguhan hati dalam memegang keyakinan tersebut, sedangkan al-Murunah merangkumi ketegasan dalam mempertahankan keyakinan dan menolak segala bentuk keraguan atau penyelewengan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip rukun Iman.

 

 

Amalan Syariat Yang Qat’ie

 

Amalan Syariat yang Qat'i adalah amalan-amalan yang memiliki ketetapan atau keharusan yang jelas dan tidak boleh ditinggalkan atau diabaikan oleh seorang Muslim. Istilah "qat'i" dalam konteks ini merujuk pada ketetapan atau kepastian yang tegas dan tak dapat disangkal.

 

Beberapa contoh Amalan Syariat yang Qat'i adalah sebagai berikut:

 

Melaksanakan Solat Lima Waktu: Solat merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap Muslim. Waktu dan tata cara pelaksanaannya telah ditentukan dengan jelas. Seorang Muslim diharapkan untuk melaksanakan Solat fardhu lima waktu dengan tepat waktu dan sesuai dengan aturan yang ditetapkan dalam agama.

 

Membayar Zakat: Zakat adalah kewajiban bagi setiap Muslim yang memiliki harta yang mencapai nisab (batas minimum) tertentu. Pembayaran zakat memiliki ketetapan yang jelas berdasarkan peratusan tertentu dari harta yang dimiliki. Seorang Muslim diharapkan untuk membayar zakat sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

 

Berpuasa di Bulan Ramadan: Puasa di bulan Ramadan adalah kewajiban bagi setiap Muslim dewasa yang sehat secara fisik dan mampu melakukannya. Puasa Ramadan memiliki ketetapan waktu, iaitu dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Seorang Muslim diharapkan untuk berpuasa selama bulan Ramadan kecuali jika ada keadaan khusus yang menghalanginya, seperti sakit atau dalam keadaan hamil.

 

Mengerjakan Ibadah Haji: Haji adalah ibadah yang wajib dilakukan sekali seumur hidup bagi Muslim yang mampu secara kewangan dan fisik. Ibadah ini melibatkan perjalanan ke Mekah untuk melaksanakan serangkaian ritual yang telah ditetapkan, termasuk thawaf di sekitar Ka'bah, sa'i antara bukit Safa dan Marwah, serta wukuf di Arafah. Seorang Muslim yang mampu diharapkan untuk melaksanakan ibadah haji sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.

 

Menjaga dan Melakukan Kewajiban Lainnya: Selain rukun Islam, terdapat pula kewajiban lain dalam Islam, seperti berlaku adil, berbuat baik kepada orang tua, menunaikan janji, menjaga kehormatan, menghindari perbuatan haram, dan lain sebagainya. Semua kewajiban ini juga termasuk dalam kategori amalan syariat yang qat'i, yang harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan tidak boleh diabaikan.

 

Penting untuk diingat bahwa melaksanakan Amalan Syariat yang Qat'i bukan hanya sekadar melakukan secara fisik, tetapi juga dengan penuh kesedaran, keikhlasan, dan penghayatan. Seorang Muslim yang mempraktikkan amalan-amalan ini dengan penuh keyakinan dan keteguhan hati akan mendapatkan manfaat dan keberkatan dalam hidupnya, serta mendekatkan diri kepada Allah SWT.

 

 

Sesuai setiap masa dan tempat

 

Islam adalah agama yang dianggap universal dan relevan untuk setiap masa dan tempat. Ini dapat dilihat dari beberapa aspek Islam yang memperkuat kesesuaian dan kelancaran agama ini.

 

Ajaran Islam yang Abadi: Prinsip-prinsip dasar Islam, seperti keimanan kepada Allah, akhlak yang baik, keadilan, dan kebaikan, merupakan nilai-nilai yang tetap relevan di semua zaman dan tempat. Nilai-nilai ini tidak terikat pada budaya atau kondisi sosial tertentu, melainkan berlaku untuk seluruh umat manusia.

 

Keanjalan dalam Ibadah: Meskipun Islam memiliki ketentuan-ketentuan yang jelas mengenai pelaksanaan ibadah, agama ini juga memberikan ruang fleksibiliti untuk menyesuaikan ibadah dengan kondisi lokal dan keperluan masyarakat. Misalnya, waktu Solat dapat disesuaikan dengan posisi matahari di berbagai wilayah, dan pengecualian dalam puasa dapat diberikan dalam situasi tertentu.

 

Keadilan Sosial: Prinsip-prinsip keadilan sosial dalam Islam, seperti zakat, pembahagian harta warisan, dan kepedulian terhadap kaum miskin dan lemah, memperlihatkan kesesuaian agama ini dengan setiap masa dan tempat. Prinsip-prinsip ini menekankan nilai-nilai yang baik dan keadilan yang berlaku untuk seluruh masyarakat, tidak peduli dengan perbezaan sosial, ras, atau budaya.

 

Keseimbangan antara Agama dan Dunia: Islam mengajarkan keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat. Meskipun agama ini menekankan pentingnya akhirat, Islam juga memandang pentingnya berperananan aktif dalam kehidupan dunia dengan cara yang baik dan bermanfaat. Dalam konteks ini, Islam memfasilitasi perkembangan sosial, ilmiah, ekonomi, dan budaya yang sesuai dengan nilai-nilai agama.

 

Panduan dari Al-Quran dan Hadis: Al-Quran dan Hadis (ajaran-ajaran dan perbuatan Nabi Muhammad SAW) merupakan sumber utama ajaran Islam. Kedua sumber ini memberikan pedoman yang merangkumi berbagai aspek kehidupan manusia, sehingga dapat diterapkan dalam setiap masa dan tempat. Umat Muslim dapat memahami dan menerapkan ajaran-ajaran ini sesuai dengan konteks dan keperluan masyarakat mereka.

 

Namun, penting untuk diingat bahwa penerapan Islam juga dapat dipengaruhi oleh faktor sosial, budaya, dan sejarah suatu masyarakat. Oleh kerana itu, praktik-praktik Islam dapat memiliki variasi dalam bentuk dan tafsirnya, tetapi prinsip-prinsip dasarnya tetap relevan dan sesuai dengan setiap masa dan tempat.

 

Dengan demikian, Islam merupakan agama yang dapat beradaptasi dengan berbagai perubahan zaman dan tetap memberikan pedoman dan nilai-nilai yang relevan untuk menghadapi tentangan dan keperluan setiap generasi manusia.